KURIKULUM 2013-2014 PENDIDIKAN IPS BERBASIS KARAKTER
Majalengka ,Aktual.id
Pendidikan
karakter adalah Salah satu hal yang sederhana karena kata ‘karakter’
adalah semua pengembangan diri siswa dalam interaksi belajar hingga awal
dan berakhirnya proses pengajaran bisa tercapai pembentukan siswa yang
berkarakter.
Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan
karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan
pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan
berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Dewasa
ini berkembang tuntutan untuk perubahan kurikulum pendidikan yang
mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa. Hal ini didasarkan
pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan
moral anak-anak atau generasi muda.
Pada
saat ini yang diperlukan sekarang adalah kurikulum pendidikan yang
berkarakter; dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter, dan
sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta
didik.Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari
kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang
berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan
mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan
peserta didik.
Dalam memenuhi kebutuhan itu sendiri maka MGMP IPS tingkat SLTP se Wilayah Majalengka Selatan yang meliputi 9 Kecamatan pada hari Kamis tgl 16 Januari 2014 bertempat di SMPN 1 Talaga Kabupaten Majalengka mengadakan musyawarah kerja Guru pengajar ilmu sosial.Dalam musyawarah kerja itu sendiri di bahas bagai mana agar pengajaran ilmu sosial apalagi bid sejarah harus mempunyai karakter yang sedang berkembang di tengah tengah masyarakat lingkungan sekolah ( lingkungan domisili siswa ).
Kordinator MGMP IPS SLTP Se Wil Majalengka selatan Endi Suhendi SPd dalam sambutan pembukaan kegiatan ia memberikan gambaran kalau pelajaran sejarah yang berbasis karakter untuk lingkungan kita ini di usahakan pada pendekatan budaya dan sejarah yang ada di sekitar sekolah kita,di wilayah majalengka selatan khususnya dan umumnya di Majalengka kita mempunyai sejarah yang ada saat ini yaitu sejarah Kerajaan Talaga Manggung,maka sudah saatnya pelajaran sejarah harus bisa memberikan pemahaman tentang sejarah lokal pada siswa sebagai kearipan lokal yang harus di lestarikan.
Melihat
perjalanan sejarah pendidikan dari dekade sebelumnya, para orang tua,
secara subyektif, membuat perbandingan antara situasi pendidikan masa
kini dengan situasi di mana mereka dulu mengalami pendidikan di sekolah,
atas situasi, sikap, perilaku sosial anak-anak, remaja, generasi muda
sekarang, sebagian orang tua menilai terjadinya kemerosotan atau
degradasi sikap atau nilai-nilai budaya bangsa. Mereka menghendaki
adanya sikap dan perilaku anak-anak yang lebih berkarakter, kejujuran,
memiliki integritas yang merupakan cerminan budaya bangsa, dan bertindak
sopan santun dan ramah tamah dalam pergaulan keseharian. Selain itu
diharapkan pula generasi muda tetap memiliki sikap mental dan semangat
juang yang menjunjung tinggi etika, moral, dan melaksanakan ajaran
agama.
Hadir pada kegiatan ini Ketua Padepokan Talaga Manggung H Tatan Hartono SH. Dalam pemaparannya Tatan menggambarkan pentingnya menjaga budaya dan sejarah lokal dalam kehidupan masyarakat,maka demi tertanamnya rasa memiliki dan mencintai pada sejarah dan budaya harus di tanamkan sejak dini.Maka pada kesempatan ini Tatan menyambut baik kegiatan MGMP IPS tingkat SLTP Se Wilayah Majalengka Selatan yang akan mengangkat budaya dan sejarah Kerajaan Talaga Manggung sebagai bagian dari kurikulum mata pelajaran sosial ( sejarah ) dan di harapkan akan membawa dampak positif bagi masyarakat demi terjaganya budaya dan sejarah Talaga Manggung dari kepunahan,Menurut Tatan sudah semestinya warga majalengka bangga dengan adanya sejarah Kerajaan Talaga Manggung ini,dan umumnya warga sunda karena Kerajaan Talaga Manggung merupakan bagian sejarah kejayaan tatar sunda.Secara Siloka Tatan menggambarkan Urang sunda kudu boga jati diri nu bisa nunjukeun kasundaanna lain urang sunda nu susundaeun, Si kabayan urang sunda tapi urang sunda lain si Kabayan,
Diakhir pembicaraannya Tatan menjelaskan dalam
memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian yang harus
dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu
rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem
kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem
pendidikan, bahkan sistem masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang
studi, yaitu bidang kajian kurikulum, yang merupakan bidang kajian para
ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran.
Uus Kuswendi/Syams