Prabu
Darmasuci I
Setelah
Batara Gunung Picung lengser, takhta Talaga dipegang oleh putra bungsunya,
yakni Prabu Darmasuci I. Prabu Darmasuci ijni memunyai dua orang putra, yaitu:
Bagawan Garasiang dan Prabu Darmasuci II (Prabu Talagamanggung).
Bagawan
Garasiang, putra sulung Prabu Darmasuci I, dikenal sebagai orang yang gemar
bertapa, sehingga ia dikenal juga sebagai Bagawan Hindu Kahiyangan. Ia
mendirikan padepokan di satu gunung kecil yang diberi nama Pasir Garasiang,
terletak di perbatasan antara Kecamatan Argapura dengan Kecamatan Talaga
sekarang.
Bagawan
Garasiang memiliki putri bernama Ratu Putri Mayangkaruna, yang kemudian
diperistri oleh Prabu Mundingsari Ageung, putra Prabu Siliwangi (Raden Pamanah
Rasa) dari Pajajaran. Pernikahan kekeluargaan natara Putri Talaga dengan Putra
Pajajaran ini merupakan langkah politis raja-raja Pasundan untuk mempertahankan
keutuhan kerajaan.
Prabu
Darmasuci II (Prabu Talagamanggung)
Ketika
memerintah, Prabu Darmasuci II (Prabu Talagamanggung) bertempat di Talaga.
Keratonnya sendir terletak di Sangiang. Pada masa pemerintahannya, Talaga
mengalami kemajuan yang pesat. Secara sosial-ekonomi masyarakatnya semakian
mapan. Oleh karena itu, banyak orang dari negara dan daerah lain kemudian
menetap di Talaga.
Menurut
cerita tutur, Prabu Talagamanggung adalah seorang narpati yang sakti mandraguna
dan weduk (tidak mempan ditembus senjata). Ia memunyai sebuah senjata
pusaka bernama Cis, berbentuk seperti tombak kecil. Konon, ketika lahir
ia tidak memiliki pusar dan Prabu Talagamanggung hanya mempan ditembus oleh
senjata Cis miliknya sendiri.
Prabu
Talagamanggung memiliki seorang menantu bangsawan Palembang yang bernama
Palembangunung, suami Dewi Simbarkancana, yang diberi jabatan sebagai patih
kerajaan. Pada suatu kesempatan, Palembanggunung mengadakan gerakan
rahasia untuk merebut kekuasaan dari mertuanya. Palembanggunung lalu meminta
bantuan kepada seorang pengawal pribadi Sang Prabu Talagamanggung, bernama
Centrangbarang (dinamai begitu karena ia ditugaskan mengurus senjata [barang]).
Dari bantuan Centrangbarang, Palembanggunung berhasil mencuri senjata Cis, yang
kemudian digunakan untuk menusuk Sang Prabu. Prabu Talagamanggung pun terluka
dan akhirnya meninggal. Jenazahnya diurus sesuai ajaran Hindu Kahiyangan. Abu
jenazahnya dilarungkan di Situ Sangiang. MenurutBabad Talaga, setelah
peristiwa pembunuhan itu, Prabu Talagamanggung beserta keratonnya ngahiyang (menghilang),
dan bekas keraton tersebut lalu menjadi Situ Sangiang sekarang. Selain Dewi
Simbarkancana, Prabu Talagamanggung memunyai seorang putra, yakni Raden
Panglurah. Sejak kecil Raden Pangkurah rajin melatih diri di Gunung
Bitung. Sebelah selatan Talaga, Desa Wangkelang, Kecamatan Cikijing,
Majalengka. Ia bertapa di bekas pertapaan uyut beliau, Ratu Ponggang Sang
Romahiyang. Tempat pertapaan Raden Panglurah sampai sekarang sering diziarahi
orang. Raden Panglurah adalah seorang sosok putra raja yang meninggalkan
kesenangan dunia dan lebih memilih untuk mengolah jiwa dan spiritual.Sayang,
patung Raden Panglurah hingga kini tersimpah di Belanda, sedangkan patung Dewi
Simbarkancana masih terawat baik di Talaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar