Senin, Desember 16, 2013

NGAGUAR SEJARAH TALAGA MANGGUNG



Prabu Darmasuci I
Setelah Batara Gunung Picung lengser, takhta Talaga dipegang oleh putra bungsunya, yakni Prabu Darmasuci I. Prabu Darmasuci ijni memunyai dua orang putra, yaitu: Bagawan Garasiang dan Prabu Darmasuci II (Prabu Talagamanggung).
Bagawan Garasiang, putra sulung Prabu Darmasuci I, dikenal sebagai orang yang gemar bertapa, sehingga ia dikenal juga sebagai Bagawan Hindu Kahiyangan. Ia mendirikan padepokan di satu gunung kecil yang diberi nama Pasir Garasiang, terletak di perbatasan antara Kecamatan Argapura dengan Kecamatan Talaga sekarang.
Bagawan Garasiang memiliki putri bernama Ratu Putri Mayangkaruna, yang kemudian diperistri oleh Prabu Mundingsari Ageung, putra Prabu Siliwangi (Raden Pamanah Rasa) dari Pajajaran. Pernikahan kekeluargaan natara Putri Talaga dengan Putra Pajajaran ini merupakan langkah politis raja-raja Pasundan untuk mempertahankan keutuhan kerajaan.
Prabu Darmasuci II (Prabu Talagamanggung)
Ketika memerintah, Prabu Darmasuci II (Prabu Talagamanggung) bertempat di Talaga. Keratonnya sendir terletak di Sangiang. Pada masa pemerintahannya, Talaga mengalami kemajuan yang pesat. Secara sosial-ekonomi masyarakatnya semakian mapan. Oleh karena itu, banyak orang dari negara dan daerah lain kemudian menetap di Talaga.
Menurut cerita tutur, Prabu Talagamanggung adalah seorang narpati yang sakti mandraguna dan weduk (tidak mempan ditembus senjata). Ia memunyai sebuah senjata pusaka bernama Cis, berbentuk seperti tombak kecil. Konon, ketika lahir ia tidak memiliki pusar dan Prabu Talagamanggung hanya mempan ditembus oleh senjata Cis miliknya sendiri.
Prabu Talagamanggung memiliki seorang menantu bangsawan Palembang yang bernama Palembangunung, suami Dewi Simbarkancana, yang diberi jabatan sebagai patih kerajaan.  Pada suatu kesempatan, Palembanggunung mengadakan gerakan rahasia untuk merebut kekuasaan dari mertuanya. Palembanggunung lalu meminta bantuan kepada seorang pengawal pribadi Sang Prabu Talagamanggung, bernama Centrangbarang (dinamai begitu karena ia ditugaskan mengurus senjata [barang]). Dari bantuan Centrangbarang, Palembanggunung berhasil mencuri senjata Cis, yang kemudian digunakan untuk menusuk Sang Prabu. Prabu Talagamanggung pun terluka dan akhirnya meninggal. Jenazahnya diurus sesuai ajaran Hindu Kahiyangan. Abu jenazahnya dilarungkan di Situ Sangiang. MenurutBabad Talaga, setelah peristiwa pembunuhan itu, Prabu Talagamanggung beserta keratonnya ngahiyang (menghilang), dan bekas keraton tersebut lalu menjadi Situ Sangiang sekarang. Selain Dewi Simbarkancana, Prabu Talagamanggung memunyai seorang putra, yakni Raden Panglurah.  Sejak kecil Raden Pangkurah rajin melatih diri di Gunung Bitung. Sebelah selatan Talaga, Desa Wangkelang, Kecamatan Cikijing, Majalengka. Ia bertapa di bekas pertapaan uyut beliau, Ratu Ponggang Sang Romahiyang. Tempat pertapaan Raden Panglurah sampai sekarang sering diziarahi orang. Raden Panglurah adalah seorang sosok putra raja yang meninggalkan kesenangan dunia dan lebih memilih untuk mengolah jiwa dan spiritual.Sayang, patung Raden Panglurah hingga kini tersimpah di Belanda, sedangkan patung Dewi Simbarkancana masih terawat baik di Talaga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar